“Eh, ngomong-ngomong kita jalan kan baru satu
hari, kok kamu main nembak aku aja?” tanyaku heran.
“Sebenarnya
aku tuh udah lama suka sama kamu, dari waktu kita masih kelas satu SMA, kamu
tau gak…”
“Enggak…”
potongku.
“Eh, aku
belum selesai nih!” seru Rio.
“Hahaha…
Iya, iya, lanjutin!” kataku sambil tertawa.
Rio tidak
melanjutkan ceritanya, dia malah manyun.
“Yah… Dia
ngambek…” gumamku.
“Maaf deh
Yo… Aku ga bermaksud buat motong-motong cerita kamu, tadi aku cuma becanda kok,
jangan marah ya…” pintaku memelas.
“HAHAHAHAHA…”
tawa Rio meledak.
“Loh? Kok malah
ketawa?” tanyaku.
“Tadi aku
cuma becanda …”
Kini giliran
aku yang manyun.
“Fy, jangan
manyun ah! Jelek tau!” kata Rio.
Aku hanya
diam.
“Maaf ya…”
pinta Rio memelas.
“Iya, aku
maafin! “ kataku setengah ikhlas, tapi sebenarnya aku ikhlas banget (?).
“Kok
ngomongnya ga ikhlas gitu Fy?”
“Iya Mario …
Lanjutin dong ceritanya , jangan bawel…” kataku akhirnya.
“Iya deh…
Kamu tau gak, sebenarnya dari dulu tuh aku sering banget ngeliatin kamu, tadi
waktu aku nganter kamu pulang, sebenarnya aku udah tau kok rumah kamu dimana,
soalnya aku pernah ngikutin kamu waktu kamu pulang…” jelas Rio.
“Hah? Masa?
Aku juga sering kok ngeliatin kamu, tapi kamu ga pernah tuh ngeliatin aku!”
kataku tak percaya.
“Ketahuan!
Kamu sering ngeliatin aku ya!” seru Rio.
Aku nyengir.
“Sebenarnya
aku juga tau kok, kalo kamu sering ngeliatin aku…” kata Rio.
Pipiku
memerah.
“Ga usah
malu Fy…” kata Rio.
“Iya…”
jawabku.
***
2 Tahun
Kemudian . . .
Kini aku
telah duduk di bangku kuliah. 2 tahun yang lalu adalah hari yang sangat indah
bagiku, tapi tidak dengan hari ini. Rio menjauhiku, dia tidak pernah lagi
mengesms atau pun meneleponku, 2 minggu belakangan ini kami tidak lagi
berhubungan, aku bingung dengan sikap Rio yang mendadak berubah. Berkali-kali
kucoba untuk menghubunginya, tapi tidak pernah diangkat, smsku pun tidak pernah
dibalas. Tiba-tiba air mataku menetes.
‘Aku kangen
banget sama kamu Yo…’ batinku.
Tiba-tiba
BBku berbunyi menandakan 1 pesan masuk. Ku baca sms itu dan isinya adalah :
From :
0878XXXXXX
“Rio
kecelakaan! Dia sekarang berada di RS Mentari!”
Aku tertegun
setelah membaca pesan tersebut, hp BBku pun kubiarkan jatuh begitu saja dari
tanganku.
“Rio…”
gumamku.
Tanpa
basa-basi lagi aku langsung mengambil kunci mobilku yang kuletakkan di atas
meja belajar. Lalu aku turun ke bawah dengan berlari. Ku kendarai mobilku
secepat kilat menuju rumah sakit.
RS Mentari .
. . kuparkirkan mobilku diseberang jalan rumah sakit.
Aku langsung
mencegat seorang suster.
“Maaf sus,
kamar pasien yang bernama Mario Stevano Aditya Haling dimana ya?” tanyaku
sambil terisak.
“Oh, pasien
tersebut berada di kamar nomor 305 mbak!” jawab suster itu.
“Makasih
sus!”
Aku langsung
berlari menuju kamar nomor 305, aku memang sudah tau letak kamar tersebut,
karena aku pernah dirawat disana, tepat di kamar nomor 305.
***
Kini aku
sudah berada di depan kamar nomor 305, aku langsung memasuki kamar tersebut,
tetapi betapa terkejutnya aku ketika melihat seorang wanita sedang mengelus
rambut halus Rio.
“Kamu
siapa?” tanyaku mencoba sabar.
“Gue
Shilla!” jawabnya.
“Ngapain
kamu disini?”
“Suka-suka
gue dong! Gue kan tunangannya Rio!” bentaknya.
‘JEDERR!’
Hatiku
seperti tersambar petir ketika mendengar kalimat terakhir yang diucapkan
Shilla.
“A… Apa
maksudmu?” tanyaku menahan tangis.
“Lo budek
ya? Gue Shilla! TUNANGAN RIO!” bentaknya.
Tiba-tiba
air mataku menetes, entah kenapa aku percaya dengan perkataan Shilla.
“Lo pasti
Ify kan?” tanya Shilla, kali ini dia tidak membentakku.
“I… Iya…”
kataku sambil terisak.
“Rio sering
cerita tentang lo!” katanya.
“Oke, gue
jelasin ya, Rio sama gue tuh dijodohin!” lanjutnya.
“Te… Terus?”
“Gue harap
lo bisa ngerelain Rio buat gue!”
Aku hanya
diam, aku tidak ingin berbicara lagi dengannya. Hening. Tidak ada yang ingin
memulai pembicaraan.
“Rio udah
sadar!” jeritku tiba-tiba saat melihat Rio mulai membuka matanya.
“I… Ify…”
Namaku lah
yang pertama kali diucapkan Rio saat ia sadar.
“Ke… Kenapa
Yo?” tanyaku sambil terisak.
“A… Aku
minta maaf…”
“Buat apa
Yo?”
“A… Aku udah
ngecewain kamu Fy… A… Aku bakal nikah sama Shilla…”
‘JEDERR!’
Lagi-lagi
hatiku seperti tersambar petir ketika mendengar kalimat terakhir yang diucapkan
Rio.
“Fy…
Orangtua aku maksa aku buat nikah sama Shilla…” lanjutnya.
Aku melihat
Shilla.
“Emm… Gue
keluar dulu ya…” pamit Shilla.
Aku hanya
mengangguk. Shilla pun keluar dari kamar rawat Rio.
“Jadi?”
tanyaku pada Rio.
“Terserah
kamu…”
“Kita
putus?” tanyaku menahan tangis.
“Jujur Fy…
Sebenarnya aku ga mau kita putus…”
“Kita putus
aja Yo… Aku bakal pergi dari kehidupan kamu…”
Aku tidak
bisa lagi menahan tangisku, air mataku jatuh begitu saja.
“Jangan Fy…
Please… Jangan pergi…”
“Keputusan
aku udah bulat Yo… Aku bakal pindah ke Amerika…”
Aku memeluk
Rio sebagai tanda perpisahan.
“Selamat
tinggal Yo…” ucapku.
“IFY!” jerit
Rio.
Aku berlari keluar rumah sakit.
Rio pun bangkit mencabut saluran darah dari
tangannya. Sambil sempoyongan Rio mencoba berlari mengejar. dengan darah
mengalir dari kepalanya yang memang luka didahinya masih sembuh total.
Shilla yang
berada diluar kaget melihat Rio keluar kamar dan mencoba mengejar Rio pula.
Aku terus
berlari sambil meneteskan air mata yang begitu deras, tidak sadar aku kalau rio
ngejar aku, saat aku nyebrang jalan tiba-tiba terdengar Shilla berteriak
hissteris.
“RIOOOOOOOO!!!!!!!!!!!!!!!”
teriaak Shilla.
“BBRRAAAKKK”
Rio tertabrak mobil . . . . ,aku menoleh
kebelakang dan duduk terjatuh melihat Rio terkapar ditengah jalan. .
“Ri , ,rii rio . . .” gumamku.
Orang-orang bergerumun ditengah jalan. .
Aku bangkit lalu memeluk erat Rio, gak
terasa air mata aku menjatuhi kening rio,
“Fy . . udah jangan nangis. . masa sih
seorang Ify nangis?? Mungkin ini akhirnya, “ ucap rio sambil nyengir.
“hhuusshhh ngomong apa kamu rio!! Kita
harus bahagia . . tolong donk angkat bawa rumah sakit!!!“ ucap bentakku pada
semua orang yang berdiri menonton,
“gak usah fy . . iya fy aku bahagia kok
bisa sama kamu kayak gini tapi kok banyak orang yah Fy??jadi malu dilihat
banyak orang, heehehe, Jaga dirimu
baik-baik ya, eettss ingat aku selalu yah Fy . . Shilla aku minta maaf, kamu
tau aku hanya sayang dengan Ify . .”Ucap rio berat dengan senyum.
“Rioo . . .” kata Shilla sambil menangis
.
“Kamu harus bertahan yo!” bentakku.
“Ify . . . “ rio memamnggilku sambil
tersenyum, lalu seketika genggaman tangan Rio melemas dari genggamanku,
“Rio . . . .!!!” HIKs hiks hiks(nangis)
akhirnya
Rio yang semula koma, memang benar-benar pergi untuk selamanya dariku.
0 komentar:
Posting Komentar