Pagi itu ayam mulai
berkokok menandakan hari sudah pagi. Aku menggeliat di atas tempat tidur sambil
menguap panjang.” Pagi ini entah untuk yang keberapa kalinya shabat-sahabatku
mengganggu tidur lelapku, bahkan sambil menggedor dan meneriakkan namaku. Sambil
menatap handpone di sebalh krir tangan ku, dan aku segera bangun merapikan tempat tidur
dan melipat selimut. Beehh , bru juga jam setngah lima udah di gangguin gk
pengertian banget sich ^_^. Aku mengeluh dalam hati.
Aku beranjak keluar
kamar dan mengambil haduk.” Ada apa sich kalian ini pagi- pagi dah gedor-gedor
kamar orang berisik tau ?”.... ini kan baru jam setengah lima belum juga ada
azan di musolah dah ribut pamali tau. Biasanya juga aku bangun jam empat kok,
ini kan gara-gara begadng mangkanya jadi lambat bangun,”kamu juga sich yang
sering ganggu kami sekarang gimana rasanya di gangguin kayak gitu mereka pun
tertawa dengan rasa kemenangan” heheheheheh iya iya aku dech yang salah. Tumben
nhe pada bangun pagi , biasanya juga pada bangun kesiangan “jangan-jangan
kaliannnnn.......?????”. jangan-jangan apa wahh pikiran yang negatif nhe yha
kyak gini. Hehehe udah-udah dhe lebih baik kita pada mandi aja dari pada ribut
yang gak jelas kata kk ida dengan tersenyum manja. “Iya deh,” Ujarku cepat
sambil melingkarkan handuk ke leherku.
Beberapa menit sehabis
mandi made pun manggil aku....
“cha-cha,” mereka mulai
iseng mengetuk pintu dan menggedor-gedor kamarku lagi. “Belum selesai juga cha
kamu dandanya lama banget sich kayak mau pergi kondangan aja? Cepet ya cha
Jangan lama-lama dandannya, ntar kita telat ke sekolahnya” dewi pun menepuk
pundakku. “Kayaknya aku ngga enak badan deh wi, kamu belum makan sich ujar dewi
dan made, kalo aku masak ntar telat,” Ujarku sambil meringis. “Ya kamu sich
tadi dadanya lama banget kyak mau show aja”.”ujar dewi dan made sambil mukanya
di tekuk.
Lebih baik kamu makan
dulu biar aku yang masakin,aku pun tersenyum malu “makasih ya sahabat qhu yang
paling baik dan pengertian aku pun mencium pipinya sambil berlari kecil.”
Aku bersorak dalam hati ketika melihat dewi dan made keluar kamar. Uuh. Masa
pagi-pagi aku disuruh masak? Bau bawang ah hehehehhe.
Aku meraih ganggang pintu depan. Dewi lama banget masaknya. Kalau kalian nanti
marah aku ngga makan, kan salah kalian semua. Kenapa masaknya lama bener? Aku
kan bisa telat.”iihhh nih anak udah di kasih hati minta jantung kata salah satu
sahbat ku”.”ya bntar lagi juga masak kok dsar anak kecil gak bisa masak sendiri
bisanya nyusahin orang terus”, ya udah kalo marah terus aku biar gak makan ;-p.
Udh jangan brtngkar terus kata salah seorang teman ku. Akhirnya kami pun makan
bersama.
Setelah makan ...... Aku
meraih sepatu di rak dan menutup pintu kamar dengan perlahan. Setengah berlari
aku menuju pertigaan dan berjalan menyusuri aspura.
Tak seperti biasanya
hari ini sekolahan sepi. Yang ada hanya aku dan tiga orang cewek SMA yang lagi
ketawa-ketiwi nggak jelas. Acuh tak acuh aku mengeluarkan handphone dari dalam
tas dan mendengarkan musik dari headset,dari pada aku ikutan gila ketawa ketiwi
nggak jelas.
Lima belas menit
perjalanan dari rumah kulalui sambil berdendang pelan mengikuti suara penyanyi
favoritku. Aah, rasanya perut ku lapar lagi karena tadi hanya makan sedikit
nasi dan rasa lapar itu sedikit menggangguku. Tapi, begitu melihat
teman-temanku yang berkumpul di kantin, rasa lapar itu bukan lagi sebuah
masalah.
“cha-cha,” Sebuah suara memanggilku. Sambil mengikatkan lengan jaket ke
pinggangku, aku menoleh. “Hei,” Jawabku sambil tersenyum. gambung berlari
menghampiriku sambil membetulkan letak dasinya.
“Ngelamun aja loe. Makan yuk!” Katanya sambil menepuk pundakku. “Malas banget,
entar lagi kan Mr. suju mau masuk kelas, ogah gue disuruh hormat bendera panas-panas
gini.”
“Hush!” Ujar gambung
sambil terkikik mendengarku memangil Pak sumarjono dengan sebutan Mr. suju.
“Enggak kok, beliau nggak masuk hari ini. Katanya sih anak 9-6 kemarin kosong
sama dia, ke banjar Baru, seminggu ini.”
“Ouuuh,” Bibirku
melengkung membentuk huruf O besar. Kurogoh sakuku untuk memeriksa sisa uangku.
Kebiasaan. Kalau mau jajan harus periksa kantong dulu, siapa tau lagi sial kan?
Agak gelagapan aku memeriksa saku rokku, saku bajuku kosong-melompong. Sambil
menarik saku rok keluar aku mecoba mengingat-ingat kembali. Oiyaa, duit buat
hari ini kan udah gue jajanin kemaren. Siaal! Mana dompet gue tinggalin di kasur
lagi.
Melihat gelagatku yang
bengong sambil memegang saku, gambung langsung terkikik. ”Cie, ngga bawa duit
nih! Entar-entar aja deh makannya,” gambung langsung membetulkan seragamnya dan
mulai melangkah.
“Woii, traktir gue dong!
Sekaliii aja! Laper nih, belum makan dari pagiii ujar” Mendengar teriakanku
yang bergema di sepanjang selasar, gambung langsung ambil langkah seribu.
Dasar!! Pusing. Ternyata
begini rasanya ngga makan seharian. Mana pulang masih lama lagi. Aku pun
memijit pelan pelipisku dan mencoba meredamnya dengan memakan permen karet yang
sudah lewat expired yang aku temuin di dalam tas.
Hadri yang duduk di sebelahnya acuh tak acuh tetap memandang ke arah papan
tulis. Aku tahu benar, Hadri punya
banyak persediaan cokelat dalam tasnya. Tapi mau bagaimana? Gengsi dong
minta-minta sama si pelit yang satu ini. aku mencoba menidurkan kepalanya di
atas meja sambil mencoret-coret buku didepanya Matanya berat. Ia pengen tidur,
bentaaar saja. Perutnya sakit dan dia udah ga tahan lagi. Aku menelan ludahku mencoba menahan sebentar
lagi. Tapi semua sudah keburu gelap dan yang ada di pikiran ku hanya deru nafas
yang bergema di dalam kepalaku.
“cha-cha...”
aku pun membuka matanya perlahan. Sosok kecil dan ringkih itu duduk di ujung
kasur ruang UKS. Aku memicingkan kedua
matanya. Silau,Sejak kapan made jadi kurus...??
“Halo cha,” dewi dan
madde memijit kakiku dan tersenyum lemah. “Yuk makan, nih udah kami bawain nasi
dari rumah tadi, kesukaan kamu.”
dewi meraih bantal di
kepalaku dan menegakkan kepalaku di atasnya. “Nggak ah wi, perut aku masih
perih.” Dewi dan made tersenyum lagi. Tak pernah aku melihat kedua sahabatku
sesabar ini sebelumnya.
“Ayo dong cha mau cepet sembuh gak,” dewi dan made mencoba lagi sambil membuka makanan.
Aku diam seribu bahasa, kalau sudah begini biasanya mereka bakal cepet ngalah.
Tapi perkiraanku salah, mereka berdua tetap mencoba merayuku sambil sesekali
mengusap-usap rambutku.
“Nggak ah dewi,” Aku
mulai merajuk. Dewi dan made terdiam dan mengambil kotak makana dari atas meja
dan menyodorkannya ke arahku. “KENAPA SIH KALIAN BERDUA NGGA BISA DIKASIH
TAHU!!?” Aku berteriak dan mendorong lengan dewi dan made. Kotak terlempar.makanan
yang mereka buat khusus buat aku berhamburan di lantai. Dewi dan made terdiam
dan menatapku kosong. Aku menangis. Pusing yang amat hebat menyerang kepalaku tepat
di titik didihnya.
“cha-cha...”
Aku membuka mata. “Iya de, aku ngga mau makan.”
Bisik-bisik terdengar, cahaya matahari yang masuk dari sela-sela gorden
membuatku sulit melihat. “Emmm ini gue Nda,” Itu suara gambung. Sesaat aku
langsung terjaga dan melihat seluruh murid di kelas lagi duduk bersila di
lantai atau duduk di sekitar kasurku. “Mana dewi n made gue bung? Gue pengen pulang, bilangin
dong. Gue pengen minta maaf, gue ga maksud buat ngelemparin makanan tadi.” gambung
tercengang dan menatap teman-temanku.
Bu gress yang duduk di
sudut ujung kanan kasurku menatapku tajam dengan mata dan hidung yang
memerah.Sapu tangan yang digenggamnya basah kuyup entah terkena air apa.
“makanan apa cha?” gambung
mulai terisak. Matanya berkaca-kaca.
“Ya makanan lah bung. Eh tapi kok kasurnya udah bersih sih? Kan tadi makananya
jatuh di sini,” Aku mengelus-ngelus kasur dan merapatkan selimut ke seluruh
badanku. Segan dipadangi dengan berbagai ekspresi oleh teman-temanku.
gambung terisak lagi dan tiba-tiba Bu gress menangis. “Oke, sebenernya ada apa
sih?” UKS yang sedari tadi bising langsung hening. Seluruh mata tertuju padaku
dan tiba-tiba sebuah suara memenuhi telingaku.
“made mengalami kecelakaan saat hendak menjengukmu ke sini, Nak. Ia tertabrak
mobil di depan warung Mang Adi setelah membelikan bubur untukmu. Keadaannya
kritis, cha. Ia gegar otak parah dan kehabisan darah. Maaf cha, keadaan sudah
enggak memihak sama kita,” Di sudut pintu UKS dewi memandangku dengan tangan
bergetar. Jelas sekali sisa-sisa air mata di pipinya. Sebelumnya aku tak pernah
melihat dewi menangis.“Maaf cha,gue bisa
jagain sahabat kita made dengan baik.”
gambung memelukku. Bu gress menangis lagi dan beberapa siswa mulai
menenangkannya.dewi mendekatiku dan mengulurkan tangannya padaku. “Dewwiii...”
Dalam dekapan Dewi seluruh tubuhku menggigil. Lututku bergetar. Oksigen, aku
butuh oksigen. Aku butuh udara. Sandiwara ini terlalu berat untukku. Aku tak
bisa menjalani peran yang seperti ini.
“...cha-cha ingin bilang maaf sama kalian semua termasuk made saat ini juga,
wiii. Aku pengen denger Made bilang aku ini anak manja, dewwii.” Haru yang
kudengar. Kepalaku tersentak oleh rasa sakit yang tak tertahankan. Aku hanya ingin
tidur lagi. Bangun, dan semua hanya akan menjadi sebuah mimpi buruk.
“SEKIAN”
0 komentar:
Posting Komentar