Rabu, 04 Desember 2013

Kau Akan Selalu Menjadi Sahabat

00.46

Share it Please

Pagi itu ayam mulai berkokok menandakan hari sudah pagi. Aku menggeliat di atas tempat tidur sambil menguap panjang.” Pagi ini entah untuk yang keberapa kalinya shabat-sahabatku mengganggu tidur lelapku, bahkan sambil menggedor dan meneriakkan namaku. Sambil menatap handpone di sebalh krir tangan ku, dan aku segera bangun merapikan tempat tidur dan melipat selimut. Beehh , bru juga jam setngah lima udah di gangguin gk pengertian banget sich ^_^. Aku mengeluh dalam hati.
Aku beranjak keluar kamar dan mengambil haduk.” Ada apa sich kalian ini pagi- pagi dah gedor-gedor kamar orang berisik tau ?”.... ini kan baru jam setengah lima belum juga ada azan di musolah dah ribut pamali tau. Biasanya juga aku bangun jam empat kok, ini kan gara-gara begadng mangkanya jadi lambat bangun,”kamu juga sich yang sering ganggu kami sekarang gimana rasanya di gangguin kayak gitu mereka pun tertawa dengan rasa kemenangan” heheheheheh iya iya aku dech yang salah. Tumben nhe pada bangun pagi , biasanya juga pada bangun kesiangan “jangan-jangan kaliannnnn.......?????”. jangan-jangan apa wahh pikiran yang negatif nhe yha kyak gini. Hehehe udah-udah dhe lebih baik kita pada mandi aja dari pada ribut yang gak jelas kata kk ida dengan tersenyum manja. “Iya deh,” Ujarku cepat sambil melingkarkan handuk ke leherku.

Beberapa menit sehabis mandi made pun manggil aku....
“cha-cha,” mereka mulai iseng mengetuk pintu dan menggedor-gedor kamarku lagi. “Belum selesai juga cha kamu dandanya lama banget sich kayak mau pergi kondangan aja? Cepet ya cha Jangan lama-lama dandannya, ntar kita telat ke sekolahnya” dewi pun menepuk pundakku. “Kayaknya aku ngga enak badan deh wi, kamu belum makan sich ujar dewi dan made, kalo aku masak ntar telat,” Ujarku sambil meringis. “Ya kamu sich tadi dadanya lama banget kyak mau show aja”.”ujar dewi dan made sambil mukanya di tekuk.
Lebih baik kamu makan dulu biar aku yang masakin,aku pun tersenyum malu “makasih ya sahabat qhu yang paling baik dan pengertian aku pun mencium pipinya sambil berlari kecil.”
Aku bersorak dalam hati ketika melihat dewi dan made keluar kamar. Uuh. Masa pagi-pagi aku disuruh masak? Bau bawang ah hehehehhe.
Aku meraih ganggang pintu depan. Dewi lama banget masaknya. Kalau kalian nanti marah aku ngga makan, kan salah kalian semua. Kenapa masaknya lama bener? Aku kan bisa telat.”iihhh nih anak udah di kasih hati minta jantung kata salah satu sahbat ku”.”ya bntar lagi juga masak kok dsar anak kecil gak bisa masak sendiri bisanya nyusahin orang terus”, ya udah kalo marah terus aku biar gak makan ;-p. Udh jangan brtngkar terus kata salah seorang teman ku. Akhirnya kami pun makan bersama.
Setelah makan ...... Aku meraih sepatu di rak dan menutup pintu kamar dengan perlahan. Setengah berlari aku menuju pertigaan dan berjalan menyusuri aspura.
Tak seperti biasanya hari ini sekolahan sepi. Yang ada hanya aku dan tiga orang cewek SMA yang lagi ketawa-ketiwi nggak jelas. Acuh tak acuh aku mengeluarkan handphone dari dalam tas dan mendengarkan musik dari headset,dari pada aku ikutan gila ketawa ketiwi nggak jelas.
Lima belas menit perjalanan dari rumah kulalui sambil berdendang pelan mengikuti suara penyanyi favoritku. Aah, rasanya perut ku lapar lagi karena tadi hanya makan sedikit nasi dan rasa lapar itu sedikit menggangguku. Tapi, begitu melihat teman-temanku yang berkumpul di kantin, rasa lapar itu bukan lagi sebuah masalah.

“cha-cha,” Sebuah suara memanggilku. Sambil mengikatkan lengan jaket ke pinggangku, aku menoleh. “Hei,” Jawabku sambil tersenyum. gambung berlari menghampiriku sambil membetulkan letak dasinya.
“Ngelamun aja loe. Makan yuk!” Katanya sambil menepuk pundakku. “Malas banget, entar lagi kan Mr. suju mau masuk kelas, ogah gue disuruh hormat bendera panas-panas gini.”
“Hush!” Ujar gambung sambil terkikik mendengarku memangil Pak sumarjono dengan sebutan Mr. suju. “Enggak kok, beliau nggak masuk hari ini. Katanya sih anak 9-6 kemarin kosong sama dia, ke banjar Baru, seminggu ini.”
“Ouuuh,” Bibirku melengkung membentuk huruf O besar. Kurogoh sakuku untuk memeriksa sisa uangku. Kebiasaan. Kalau mau jajan harus periksa kantong dulu, siapa tau lagi sial kan?
Agak gelagapan aku memeriksa saku rokku, saku bajuku kosong-melompong. Sambil menarik saku rok keluar aku mecoba mengingat-ingat kembali. Oiyaa, duit buat hari ini kan udah gue jajanin kemaren. Siaal! Mana dompet gue tinggalin di kasur lagi.
Melihat gelagatku yang bengong sambil memegang saku, gambung langsung terkikik. ”Cie, ngga bawa duit nih! Entar-entar aja deh makannya,” gambung langsung membetulkan seragamnya dan mulai melangkah.
“Woii, traktir gue dong! Sekaliii aja! Laper nih, belum makan dari pagiii ujar” Mendengar teriakanku yang bergema di sepanjang selasar, gambung langsung ambil langkah seribu.
Dasar!! Pusing. Ternyata begini rasanya ngga makan seharian. Mana pulang masih lama lagi. Aku pun memijit pelan pelipisku dan mencoba meredamnya dengan memakan permen karet yang sudah lewat expired yang aku temuin di dalam tas.                                                                                                       
Hadri yang duduk di sebelahnya acuh tak acuh tetap memandang ke arah papan tulis. Aku  tahu benar, Hadri punya banyak persediaan cokelat dalam tasnya. Tapi mau bagaimana? Gengsi dong minta-minta sama si pelit yang satu ini. aku mencoba menidurkan kepalanya di atas meja sambil mencoret-coret buku didepanya Matanya berat. Ia pengen tidur, bentaaar saja. Perutnya sakit dan dia udah ga tahan lagi. Aku  menelan ludahku mencoba menahan sebentar lagi. Tapi semua sudah keburu gelap dan yang ada di pikiran ku hanya deru nafas yang bergema di dalam kepalaku.
“cha-cha...”
aku pun membuka matanya perlahan. Sosok kecil dan ringkih itu duduk di ujung kasur ruang UKS. Aku  memicingkan kedua matanya. Silau,Sejak kapan made jadi kurus...??
“Halo cha,” dewi dan madde memijit kakiku dan tersenyum lemah. “Yuk makan, nih udah kami bawain nasi dari rumah tadi, kesukaan kamu.”
dewi meraih bantal di kepalaku dan menegakkan kepalaku di atasnya. “Nggak ah wi, perut aku masih perih.” Dewi dan made tersenyum lagi. Tak pernah aku melihat kedua sahabatku sesabar ini sebelumnya.
“Ayo dong cha mau cepet sembuh gak,” dewi dan made mencoba lagi sambil membuka makanan. Aku diam seribu bahasa, kalau sudah begini biasanya mereka bakal cepet ngalah. Tapi perkiraanku salah, mereka berdua tetap mencoba merayuku sambil sesekali mengusap-usap rambutku.
“Nggak ah dewi,” Aku mulai merajuk. Dewi dan made terdiam dan mengambil kotak makana dari atas meja dan menyodorkannya ke arahku. “KENAPA SIH KALIAN BERDUA NGGA BISA DIKASIH TAHU!!?” Aku berteriak dan mendorong lengan dewi dan made. Kotak terlempar.makanan yang mereka buat khusus buat aku berhamburan di lantai. Dewi dan made terdiam dan menatapku kosong. Aku menangis. Pusing yang amat hebat menyerang kepalaku tepat di titik didihnya.
“cha-cha...”
Aku membuka mata. “Iya de, aku ngga mau makan.”
Bisik-bisik terdengar, cahaya matahari yang masuk dari sela-sela gorden membuatku sulit melihat. “Emmm ini gue Nda,” Itu suara gambung. Sesaat aku langsung terjaga dan melihat seluruh murid di kelas lagi duduk bersila di lantai atau duduk di sekitar kasurku. “Mana dewi  n made gue bung? Gue pengen pulang, bilangin dong. Gue pengen minta maaf, gue ga maksud buat ngelemparin makanan tadi.” gambung tercengang dan menatap teman-temanku.
Bu gress yang duduk di sudut ujung kanan kasurku menatapku tajam dengan mata dan hidung yang memerah.Sapu tangan yang digenggamnya basah kuyup entah terkena air apa.
“makanan apa cha?” gambung mulai terisak. Matanya berkaca-kaca.
“Ya makanan lah bung. Eh tapi kok kasurnya udah bersih sih? Kan tadi makananya jatuh di sini,” Aku mengelus-ngelus kasur dan merapatkan selimut ke seluruh badanku. Segan dipadangi dengan berbagai ekspresi oleh teman-temanku.

gambung terisak lagi dan tiba-tiba Bu gress menangis. “Oke, sebenernya ada apa sih?” UKS yang sedari tadi bising langsung hening. Seluruh mata tertuju padaku dan tiba-tiba sebuah suara memenuhi telingaku.
“made mengalami kecelakaan saat hendak menjengukmu ke sini, Nak. Ia tertabrak mobil di depan warung Mang Adi setelah membelikan bubur untukmu. Keadaannya kritis, cha. Ia gegar otak parah dan kehabisan darah. Maaf cha, keadaan sudah enggak memihak sama kita,” Di sudut pintu UKS dewi memandangku dengan tangan bergetar. Jelas sekali sisa-sisa air mata di pipinya. Sebelumnya aku tak pernah melihat dewi  menangis.“Maaf cha,gue bisa jagain sahabat kita made dengan baik.”  gambung memelukku. Bu gress menangis lagi dan beberapa siswa mulai menenangkannya.dewi mendekatiku dan mengulurkan tangannya padaku. “Dewwiii...”

Dalam dekapan Dewi seluruh tubuhku menggigil. Lututku bergetar. Oksigen, aku butuh oksigen. Aku butuh udara. Sandiwara ini terlalu berat untukku. Aku tak bisa menjalani peran yang seperti ini.
“...cha-cha ingin bilang maaf sama kalian semua termasuk made saat ini juga, wiii. Aku pengen denger Made bilang aku ini anak manja, dewwii.” Haru yang kudengar. Kepalaku tersentak oleh rasa sakit yang tak tertahankan. Aku hanya ingin tidur lagi. Bangun, dan semua hanya akan menjadi sebuah mimpi buruk.

“SEKIAN”

Tentang Penulis :

Kenalin gue MARDIANA bisa di panggil aan,ana tapi lebih di kenal dengan nama sischa dan mardi wkwkwkwkwk banyak kan nama gue belum tentu nama loe semua sebanyak gue, Gue dah tasmiyahan 1000 kali hahahahah cnda z guee qta lanjut az ya. Aku di lahirkan di daerah kota samarinda pada september 17 tahun lalu. Jika kalian semua pengen lebih kenal aku bisa cari aja di facebook di alamat aan.imuet53@yahoo.com (Sischa putri kahayan’kutai),bisa jugafb yg in di AnaAnha933@gmail.com (Mardiana lup-lup). Salam kenal ya buat semua,,karena gue bru menciptain cerita jadi sabar za ya buat cerita selanjutnya. :-)
“Maaf aja kalo cerpen buatan saya tidak bagus seperti yang lain karena saya buakan seorang  penulis yang bisa menulis cerpen dengan sempurna”
“terima kasih”

0 komentar: